BERITA MALUKU. Sejumlah pemasok mengakui biaya transportasi dari daerah penyangga yang berada di Pulau Halmahera, Maluku Utara (Malut), sedang mengalami masa panen, namun tidak terlalu mempengaruhi harga pasar yang berada di Ternate.
“Sebab, untuk melakukan pengambilan hasil pertanian yang ada di daerah penyangga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk transportasi,” kata Ketua Forum Pemasok Kota Ternate, Nursidik di Ternate, Minggu (24/9/2017).
Selain itu, untuk biaya transportasi pengiriman barang dari daerah penyangga di Halmahera ke Ternate cukup mahal jika dibandingkan dengan daerah penghasil lain seperti Manado, Surabaya dan lainnya.
Sebab, jika dihitung biayanya pengiriman dari Halmahera sampai ke Ternate, maka untuk sekali pengiriman akan dihitung per koli atau karung yang sebesar Rp50.000.
Belum ditambah biaya pemuatan dengan menggunakan truk dari pelabuhan ke gudang penyimpanan, yang sekali trip seharga Rp250.000.
“Untuk kemahalan transportasi lokal ini juga dipengaruhi oleh stok barang, karena di Halmahera hanya daerah penyangga, sehingga stok barang juga jauh berbeda dengan daerah penghasil yang lain dan Kita bisa melakukan permintaan berapa banyak tetap dilayani, namun berbeda dengan di Halmahera,” katanya.
Nursidik mencontohkan, untuk biaya transportasi dari Manado hanya dihitung per koli sebesar Rp 15.000 per kg, ditambah dengan biaya buruh untuk pembongkaran sebesar Rp 19.000 per koli.
“Jadi lebih mahal jika diambil dari daerah penyangga. sebab mungkin karena di daerah penyangga hanya sedikit stok, sehingga mereka berspekulasi dengan biaya tersebut,” katanya.
Bahkan, jika diambil via Surabaya lebih murah lagi, karena untuk pengambilan dari Surabaya dilakukan melalui kontener.
Apalagi, dalam satu buah konteiner dapat diisi hingga 14 ton barang, sehingga menghemat biaya pengiriman. Untuk sekali pengiriman menggunakan kounteiner dihargai sebesar Rp 4.000.000, ditambah biaya truk per sekali trek Rp 2500.000.
“Jadi kenapa di Halmahera itu lebih mahal, sebab barang kurang dan sekali trek ke Ternate bisa mencapai Rp4.000.000, otomatis dilakukan hitung ulang untuk menutupi biaya dipengecer dan jika diharga petani hanya Rp 3000, maka hingga harga pengecer bisa mencapai Rp 10.000,” ujarnya.
Sehingga, pihaknya berharap kepada kabupaten/kota maupun Provisni agar dapat bagaimana mencari jalan keluar dengan membina petani agar selalu melakukan penanaman dengan baik agar stok selalu terjaga dan juga harus memberikan subsidi transportasi agar biaya pengiriman barang dari Halmahera dapat menurun.