Ambon, Tribun-Maluku.com : Ambon Reconciliation and Mediation Center menggelar “Youth Camp” atau perkemahan pemuda lintas agama dan keyakinan se-Indonesia, pertengahan Oktober 2017.
“Youth camp ini akan mempertemukan para pemimpin muda lintas agama dan keyakinan di Indonesia. Mereka akan saling bertukar pikiran dan ide tentang perdamaian,” kata Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC) Abidin Wakano di Ambon, Senin (26/9).
ARMC merupakan lembaga perdamaian yang berada di bawah naungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Berdiri sejak tahun 2012, ARMC telah berkali-kali melakukan advokasi perdamaian di kalangan masyarakat akar rumput.
Abidin mengatakan perkemahan pemuda dijadwalkan akan berlangsung di Pantai Liang, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Sedikitnya 200 pemuda, 170 orang di antaranya berasal dari 33 provinsi lainnya di Indonesia akan turut serta dalam kegiatan itu.
“Dipastikan sekitar 170 dari berbagai daerah ditambah dengan tingkat lokal bisa 200 orang bahkan 300 orang. Kami ingin mengokohkan bahwa semua orang bisa belajar ke Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama,” katanya.
“Youth camp” ARMC dimaksudkan untuk memperkuat jaringan pemuda lintas agama di tengah-tengah maraknya polarisasi isu-isu politik identitas dan fenomena kekerasan mengatasnamakan agama yang menyebabkan disharmonisasi kalangan muda.
Karena itu, tidak hanya sekedar bertemu, perkemahan akan diisi dengan beragam kegiatan yang memperkokoh rasa persatuan, di antaranya outbond, penanaman pohon sebagai simbol perdamaian dan kunjungan ke sekolah-sekolah.
Sekolah-sekolah yang akan dikunjungi pun merupakan sekolah lintas agama di Pulau Ambon yang sebelumnya telah dipertemukan dalam sebuah perkemahan bersama, seperti SMP Negeri 9 Waitatiri dan SMP Negeri 6 Liang.
“Ini untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara pemuda lintas agama untuk mencapai cita-cita dunia yang lebih beradab. Tokoh-tokoh muda juga akan menyuarakan damai dari Maluku untuk dunia dan menolak berbagai bentuk kekerasan atas nama agama,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemuda memiliki tantangan yang jauh lebih kompleks dan rawan sehingga harus disiapkan agar lebih tangguh dan bertanggung jawab karena merekalah yang akan lebih banyak berperan dalam perkembangan bangsa di masa depan.
Abidin mencontohkan sebagian besar pengguna media sosial di tanah air adalah pemuda, sementara penyebaran informasi tidak benar, fitnah atau “hoax” dan isu-isu yang mencuci otak dengan kekerasan lebih banyak melalui media sosial.
“Di masa depan merekalah yang memegang tanggung jawab terhadap bangsa. Polarisasi isu agama dan kekerasan jangan sampai memecah-belahkan kesatuan pemuda-pemuda kita,” katanya.