BERITA MALUKU. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendeklarasikan pengembalian 500 tahun kejayaan rempah-rempah Indonesia dari Kota Ambon, Provinsi Maluku.
Deklarasi ditandai pembagian jutaan bibit tanaman pala dan cengkeh kepada perwakilan petani 11 kabupaten/kota se-Maluku dan Maluku Utara oleh Mentan Amran bersama Gubernur Maluku Said Assagaff serta Wagub Malut, Muhammad Natsir Thaib di Ambon, Rabu (4/10/2017).
Deklarasi pengembalian kejayaan rempah-rempah Indonesia tersebut juga dihadiri Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI. Doni Monardo, Kapolda Maluku Irjen Pol. Deden Juhara serta Wali Kota dan Bupati se provinsi Maluku dan Malut.
“Kita deklarasikan kembalinya kejayaan rempah-rempah Indonesia, khususnya di Provinsi Maluku dan Malut Utara yang pada 500 tahun lalu telah terkenal karena keharuman pala dan cengkehnya. Bangsa-bangsa di dunia seperti Inggris, Portugis, Spanyol, Belanda, China dan Arab datang ke sini (Maluku) karena rempah-rempah. Kini kita deklarasi untuk kembalikan kejayaannya lagi,” tegas Mentan.
Mentan Amran menargetkan dalam kurun sepuluh tahun mendatang kejayaan rempah nusantara terutama Maluku bisa terwujud kembali. Untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia di Maluku dan Malut di tahun 2017, Kementerian Pertanian (Kementan) langsung mengucurkan bantuan Rp200 miliar kepada dua provinsi bertetangga tersebut yang diperuntukkan untuk pembibitan rempah seperti cengkeh, pala, kayu manis dan cokelat yang menjadi primadona Maluku dan Malut.
Dia menegaskan, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian pada tahun 2017 mengucurkan anggaran yang bersumber dari APBN sebesar Rp5,5 triliun yang dikhususkan untuk pengadaan bibit unggul berbagai komoditas rempah dan disebarkan ke sejumlah provinsi yang telah terkenal sebagai pusat rempah-rempah Indonesia.
“Khusus Untuk Maluku dan Malut masing-masing kebagian Rp100 miliar tahun 2017 dan diperuntukkan untuk pengadaan bibit dan dibagikan secara cuma-cuma kepada para petani di semua daerah,” katanya.
Dia menambahkan dalam kurun tiga tahun mendatang masih ada kucuran dana ratusan miliar untuk Maluku dan Malut yang dikhususkan untuk pengadaan bibit rempah-rempah, belum termasuk dana pendamping yang melibatkan Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kualitas bibit rempah serta profesionalisme para petani di daerah.
Mentan meminta pimpinan instansi teknis terkait untuk memprioritaskan alokasi anggaran bantuan tersebut ke sejumlah daerah berdasarkan keunggulannya masing-masing.
“Jadi skalanya harus ekonomis dan sesuai dengan keunggulan masing-masing daerah penghasil rempah. bantuan ini juga ditunjang dengan alat mesin pertanian (alsintan) berupa 20 unit traktor. Petani harus fokus dan peralatan yang diberikan harus didayagunakan,” tandasnya.
Ia menambahkan, guna menyejahterakan petani pemerintah mendorong investor untuk datang dan membangun industri pengolahan sekaligus menjual produk jadi.
Menteri Amran pun mendorong pihak Perguruan Tinggi turut berpartisipasi pada kegiatan yang bertujuan mengembalikan kejayaan rempah nusantara pada 500 tahun silam dengan melakukan pendampingan agar implementasinya di lapangan berjalan optimal.
Selain itu, jajaran Kodam XVI Pattimura dan Polda Maluku juga diharapkan turut mengawal kegiatan tersebut, seperti penyaluran bantuan bibit agar tidak ada barang-barang palsu.
“Tolong Pak dikawal jangan sampai diselewengkan. Jangan sampai bibit yang diberikan kepada petani palsu atau tidak ungul dan tidak sesuai dengan standar,” ujar Menteri.
Mentan optimis dari Maluku dan Malut rempah-rempah nusantara bakal kembali berjaya dalam tempo satu dasawarsa mengingat ada dua keunggulan di Maluku yakni memiliki bibit unggul, seperti kayu manis, cengkeh, pala, dan sebagainya, serta penduduk Maluku juga berasal dari gen unggul, baik Arab, China, Belanda, Inggris, dan Portugis.
Selain itu, agroclimat Maluku pun tiada banding. “Persoalannya, mau enggak gen-gen ini bertemu. Kalau bertemu ini dahsyat dan menjadi unggulan yang dicari banyak negara,” tandasnya.
Menteri Amran meyakini bangsa Eropa bakal kembali melirik Indonesia seperti 500 tahun silam, dan kehadiran bangsa Eropa sebagai pembeli rempah-rempah maupun wisatawan.
“Jika keharuman rempah Maluku dapat dikembalikan, maka dipastikan orang Belanda, Ingris, Portugis, Cina akan kembali ke Maluku dan Malut sebagai pembeli sekaligus menjadi wisatawan,” katanya.