Ambon, Tribun-Maluku.com : Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku, Bambang Hermanto mengatakan penyaluran kredit perbankan di daerah ini pada posisi Juli 2017 secara umum meningkat 11,56 persen (yoy) atau senilai Rp1,08 triliun menjadi Rp10,46 triliun.
“Pertumbuhan ini meningkat cukup besar dibandingkan posisi Juni 2017 yang tercatat 9,84 persen (yoy) dan lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 8,24 persen,” kata Bambang, di Ambon, Rabu (4/10).
Menurut dia, peningkatan tersebut masih didominasi kredit konsumtif yaitu pada sektor Rumah Tangga.
Untuk pemilikan peralatan rumah tangga sebesar Rp431,21 miliar atau 14,72 persen dan bukan lapangan usaha sebesar Rp396,23 miliar atau14,72 persen.
Sementara sektor produktif juga menunjukkan kontribusi yang terus meningkat, seperti terlihat pada sektor perdagangan besar dan eceran yang meningkat sebesar Rp156,70 miliar atau 7,84 persen menjadi Rp91,61 miliar.
Sedangkan secara nominal, pangsa pasar terbesar portofolio penyaluran kredit per sektor ekonomi di Provinsi Maluku posisi Juli 2017 masih ditempati oleh sektor rumah tangga dan bukan lapangan usaha lainnya, kredit konsumtif sebesar 69,24 persen, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 20,61 persen dan sektor konstruksi sebesar 2,71 persen dari total kredit.
Penyaluran kredit produktif khusus UMKM posisi Juli 2017 tercatat meningkat sebesar 6,88 persen (yoy) atau sebesar Rp170,272 miliar dari Rp2,48 triliun menjadi Rp2,65 triliun.
Pertumbuhan kredit UMKM ini sedikit melambat dibandingkan posisi Juni 2017 yang tercatat sebesar 8,58 persen (yoy). Sebagian besar kredit UMKM diserap oleh usaha kecil yang mencapai Rp1,14 triliun atau sebesar 42,92 persen dari total kredit UMKM.
Bambang mengakui kualitas kredit sedikit menurun, terlihat dari rasio NPL sebesar 1,47 persen, sedikit lebih tinggi dari posisi Juni 2017 yang tercatat sebesar 1,45 persen.
Kondisi tersebut terhitung masih jauh di bawah NPL Nasional sebesar 3,08 persen. Sementara NPL kredit UMKM pada Juli 2017 tercatat sebesar 3,84 persen, sedikit mengalami penurunan kualitas dibanding bulan sebelumnya sebesar 3,49 persen, namun masih berada di bawah NPL kredit UMKM nasional yang tercatat sebesar 4,65 persen dan NPL indikatif nasional yang maksimal sebesar 5 persen.
“Meskipun kualitas kredit di Provinsi Maluku masih lebih baik dari kualitas kredit Nasional, pergerakan kualitas kredit ini tetap harus menjadi fokus perhatian perbankan, sehingga penyaluran kredit dapat berbanding lurus dengan peningkatan perekonomian masyarakat, sekaligus menciptakan industri perbankan yang sehat, stabil, inklusif dan kontributif,” katanya.
Sementara itu, pembiayaan Bank Syariah posisi Juli 2017 terus menunjukkan perkembangan positif, tumbuh sebesar 36,08 persen (yoy) atau senilai Rp34,69 miliar menjadi Rp130,86 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Juni 2017 yang tercatat sebesar 32,36 persen (yoy) dengan rasio Non Performing Financing ( NPF) sebesar 0,88 persen.
“Pembiayaan Bank Syariah perlu didorong untuk sektor produktif mengingat kontribusi embiayaan konsumtif masih mendominasi yakni 86,07 persen dari total pembiayaan,” jelas Bambang.
Penyaluran kredit di lembaga pembiayaan juga menunjukkan pertumbuhan positif, terlihat dari peningkatan penyaluran dana lembaga pembiayaan multifinance yang meningkat sebesar 7,26 persen (yoy) atau senilai Rp35,44 miliar, sehingga menjadi Rp523,32 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Juni 2017 yang tercatat meningkat sebesar 5,47 persen.
“Pertumbuhan positif yang ditunjukkan oleh perbankan maupun lembaga pembiayaan/mulitifinance ini, diharapkan terus berlanjut untuk semakin kontributif terhadap pembangunan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Maluku,” kata Bambang.