Yongky KastanyaBERITA MALUKU. Terobosan yang dilakukan oleh DPD-Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Ambon, dengan menggelar Turnamen Terbuka Herman Pieters Cup I 2018, yang berlangsung dari 31 Maret hingga 21 April 2018, mendapat apresiasi dari dua mantan pemain legendaris, yakni Gafar Farelzalfa Lestaluhu dan Yongky Kastanya.Menurut Gafar yang ditemui pada Jumat (8/4) kemarin di Joas Cafe menyatakan, meskipun langkah yang telah dilakukan oleh DPD-KNPI Kota Ambon luar biasa, pasalnya di tengah sepinya Turnamen Sepakbola di Maluku, KNPI berani menyelenggarakan sebuah kejuaraan yang berorientasi pada pembinaan usia dini, namun mantan pemain sementara Padang ini masih menyayangkan regulasi yang ditetapkan oleh Panitia Herman Pieters Cup 2018, yaitu dengan menyisipkan sejumlah pemain berusia 23 Tahun.Dari telusuran informasi, untuk Turnamen Terbuka ini, Panitia menetapkan setiap tim pada setiap pertandingan boleh menurunkan pemain batasan Usia 17 tahun sebanyak 8 pemain, dan pemain batasan usia 23 sebanyak 3 pemain dari jatah 5 pemain.Tetapi menurut Lestaluhu, penerapan aturan tersebut agak rawan, mengingat saat pertandingan memasuki fase kedua, dimana tensi persaingan makin memanas, ditakutkan ada tim-tim yang berorientasi hanya merebut juara akan menghalalkan segala cara, sehingga tujuan dari kompetisi yang semula ingin melakukan pembinaan dan mengorbitkan pemain muda jadi melenceng.”Tujuan tim yang melakukan pembinaan itu, agar pemain bisa mendapat kesempatan untuk berkreasi dan menunjukan kualitas mereka aja udah bagus,” ungkap pria yang juga mantan pemain Persipura (Papua) ini menyarankan.Dijelaskan Lestaluhu, bagi tim yang memprioritaskan pembinaan kompetisi ini, selain untuk mengasah mental juga bertujuan untuk memberikan jam terbang bagi pemain.Gafar Farelzalfa LestaluApresiasi yang sama juga diungkapkan mantan pemain muda PSA Ambon di tahun 70-an, Yongky Kastanya.Menurut Kastanya, dengan digelarnya Turnamen Terbuka Herman Pieters Cup I 2018, diharapkan dapat menggairahkan kembali sepak bola kota Ambon yang mati suri, pasalnya menurut pria yang menyandang status legenda Persebaya (Surabaya) ini, kompetisi internal PSA (Ambon) hanya bertahan hingga tahun 80-an saja, setelah itu langsung Putus.Secara khusus Kastanya berterima kasih kepada KNPI Kota Ambon, karena mau kembali menggairahkan sepakbola di Kota ini.Untuk itu, ia mengharapkan Turnamen ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.”Kalau digelar hanya orang bilang panas-panas tai ayam. Kasihan kan yang punya nama,” ungkap nyong Ambon ini lewat selulernya.Selain itu, mantan pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan itu menyarankan, agar kota Ambon harus memiliki satu tim sebagai maskot kota.”Kalau Surabaya kan punya Persebaya, masa Ambon seng punya satu tim yang main di liga Nasional,” kritiknya.Kastanya mengungkapkan, syarat utama untuk menjaring bibit-bibit muda persepakbolaan adalah lewat Turnamen yang di selenggarakan secara rutin dan berkesinambungan. (Nk)