Menteri PP dan PAAMBON Tribun-Maluku.com- Martha Christina Tiahahu merupakan sesosok pahlawan perempuan yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik, meneruskan perjuangannya di era millenia saat ini kaum perempuan tidak perlu lagi mengangkat senjata, namun dapat dilakukan dalam berbagai hal misalnya berjuang dalam aspek sosial, politik, ekonomi, budaya serta kesetaraan dalam pembangunan negeri pesan Menteri Yohana saat menghadiri acara Perayaan Internasional Women’s Day di Pulau Nusa Laut, Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, Selasa (10/4/2018).Demikian press release yang diterima Redaksi Tribun-Maluku.com di Ambon, Kamis (11/4/2018).Bagi Martha Tiahahu sendiri kebangkitan seseorang ditandai dengan kebangkitan berpikir di dalam dirinya lanjut Menteri Yohana, hal ini senada dengan paradigma Millennium Development Goals (MDGs) dimana setelah 15 tahun MDGs yang berfokus pada manusia harus direformasi agar lebih komprehensif.Perubahan paradigma pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) selain melanjutkan MDGs itu sendiri juga menambahkan aspek no one left behind, right based, memastikan pembangunan yang tidak eksploitatif, merawat keseimbangan planet dan perdamaian global. Kesamaan keduanya bertujuan agar mampu memecahkan masalah-masalah global seperti pendidikan, kemiskinan, kesehatan, ketimpangan gender dan kelestarian lingkungan.Program SDGs dilaksanakan selama periode 2016-2030, terdiri dari 17 tujuan, meliputi area kemiskinan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, sanitasi, permukiman, energi, pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, perubahan iklim, sumber daya alam dan kemitraan global. “Perempuan, gender, dan anak, serta kelompok termarginalkan menjadi bagian integrative didalam program ini, khususnya kesetaraan gender yang bertujuan untuk mengubah hubungan kekuasaan yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki yang menghambat kemajuan secara struktural dan budaya tutur Menteri Yohana.Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini tentu berbagai permasalahan yang terjadi pada perempuan dan anak sangat beragam tidak hanya kekerasan fisik, psikis, seksual, namun juga isu narkoba, trafficking, perlindungan tenaga kerja perempuan, pornografi, pekerja anak, anak berhadapan dengan hukum, isu lansia, disabilitas dan belum lagi persoalan perempuan dan anak yang terjadi pada saat konflik sosial maupun kondisi darurat bencana.”Untuk itu Kementerian PP dan PA pada Tahun Anggaran 2016 menetapkan tiga program prioritas yang disebut dengan Three Ends (3 ends) yang meliputi Akhiri kekerasan kepada perempuan dan anak, Akhiri perdagangan perempuan, dan Akhiri ketidakadilan akses ekonomi terhadap perempuan”ujar Menteri Yohana.Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan terus membawa perempuan setara dengan laki-laki, juga turut serta mengampanyekan gerakan “HeforShe” sebagai upaya memperluas komitmen laki-laki yang memberikan rasa aman dan nyaman kepada perempuan, sehingga memperoleh akses kesehatan, pendidikan, ekonomi.Perayaan Internasional Womens Day kali ini dibalut dengan perayaan dua abad perjuangan Martha Christina Tiahahu yang diselenggarakan di pulau Nusa Laut Provinsi Maluku, tempat Ina Ata atau Martha Christina Tahahu berasal.Pulau ini menjadi saksi bisu keberanian seorang perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah asing yang tercatat dalam sejarah sebagai perempuan muda pertama di wilayah Hindia Belanda yang bergerak langsung di medan peperangan bersama para laki-laki mengangkat senjata dan melawan penjajah.Pada tahun 2018 ini menjadi momentum bersejarah perjuangan Ina Ata sebagai peringatan dua abad perjuangannya. Menteri Yohana berharap, dengan diselenggarakannya perayaan dua abad ini dapat membawa manfaat didalam meningkatkan upaya pelaksanaan Perlindungan Perempuan dan Anak sesuai dengan cita cita pembangunan nasional.(TM)Copyright by: Media Online Tribun-Maluku.com