Perangi HOAX, Pemprov Maluku Gencar Lakukan Sosialisasi Kepada Pengungsi

AMBONMANISE.COM- Selama satu bulan lebih, pasca gempa bumi berkekuatan 6,8 SR yang melanda wilayah Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kota Ambon, masyarakat masih enggan kembali kerumah.

Salah satu penyebabnya adalah beredarnya isu-isu akan terjadinya gempa bumi susulan dengan kekuatan besar disertai tsunami oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Infomasi hoaks ini membuat pemerintah provinsi Maluku dan pemerintah kabupaten/Kota pusing tujuh keliling, lantaran gelombang pengungsi terus meningkat.

Olehnya itu Pemerintah Daerah Provinsi Maluku melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang sampai saat ini masih menempati lokasi-lokasi pengungsian.

Hal ini dilakukan BPBD Maluku, dalam memerangi isu bohong (HOAX) yang selama ini masih menghantui pengungsi, bahwa akan terjadi bencana susulan dengan skala besar bahkan bisa terjadi Tsunami.

Sosialisasi dan edukasi kali ini, dilakukan di Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, usai Ibadah Minggu di Gereja sementara dilokasi pengungsian, minggu (03/11) yang dipimpin langsung Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, dengan menghadirkan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Nugroho Dwi Hananto Maluku Bapak Nugroho dan perwakilan BMKG Maluku, Lutfi Pary, S.Si, Kepala Seksi Observasi Stasiun Geofisika Ambon.

Kepala BNPB Maluku Farida Salampessy, mengungkapkan informasi HOAX yang beredar, membuat sebagian besar masyarakat Waai menjadi resah sehingga tidak mau untuk kembali rumahnya.

“Maka kami berinisiatif untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, untuk menghadapi isu – isu HOAX yang beredar di kalangan masyarakat, BNPB Maluku menghadirkan teman – teman yang mempunyai Kompetensi dalam memberikan informasi kepada bapak ibu sekalian. Hari ini turut hadir LIPI dan BMKG Maluku untuk membagikan informasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat,”ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga menjelaskan kepada pengungsi yang rumah rusak, pemerintah akan menanggulangi semuanya, untuk rusah berat di berikan Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta, rusak ringan Rp10 juta.

“Bagi masyarakat yang rumanya rata dengan tanah akan di berikan biaya sewa tunggu sebesar Rp 500 ribu per bulan sampai pekerjaan rumah selesai dilakukan,”ucapnya.

Diakhir sambutannya, dirinya mengajak masyarakat untuk secara perlahan kembali ke rumah. Mengingat kondisi Gempa yang terjadi secara perlahan sudah mulai kecil.

“Kalau tinggal di tenda pengungsian terlalu lama maka akan timbul masalah baru, yaitu kesehatan warga,”pungkasnya. (AM-05)