DPRD Ambon Prihatin Dugaan Manipulasi Penjualan Premium

Ambon, Tribun-Maluku.com : Komisi II DPRD Kota Ambon prihatin pada keluhan masyarakat akan dugaan praktik “manipulasi” penjualan premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) karena petugasnya sering beralasan jenis BBM ini habis.

“Saya menyerap keluhan ini, terutama dari para supir Angkot terhadap praktek tersebut lebih dari sebulan terakhir yang terjadi hampir di semua SPBU yang beroperasi di Kota Ambon,” kata anggota Komisi II DPRD setempat, Maurits Tamaela, di Ambon, Minggu (15/10).

Dia mengakui kaget mendengar keluhan tersebut karena terminal transit BBM berada di Waiyame, Kota Ambon sehingga pasti terjamin stok BBM.

“Khan kalau beralasan premium habis, maka paling terlambat dua hari premium telah dipasok dari terminal transit BBM,” ujar Maurits.

Dia mengindikasikan ada praktek “manipulasi” yang sengaja memanfaatkan petugas di SPBU dengan santai menyatakan premium habis sambil menawarkan kepada masyarakat agar mengisi pertalite saja.

“Sekiranya premium habis ternyata para Angkot menyatakan bisa diisi pada saat waktu – waktu tertentu. Itu pun petugas memilah – milah warga yang mengisi jenis BBM tersebut,” kata Maurits.

Dia memandang perlu memanggil PT. Pertamina Cabang Ambon maupun DPD Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Maluku.

“Saya kurang setuju dengan PT. Pertamina sering berlindung bahwa tanggung jawabnya hanya sampai saat pengisian mobil tangki karena indikasi ‘manipulasi’ di SPBU yang beralasan premium habis itu bisa terpantau dan mencurigakan terkait permintaan pertalite melonjak,” tandas Maurits.

Salah seorang supir Angkot trayek Passo, Frans mengatakan, saat hendak mengisi premium di SPBU Kebun Cengkih, Halong, Lateri, Passo dan Belakang Kota diberitahu petugas bahwa stok habis.

“Saya heran bila hendak mengisi premium pada pagi, siang maupun sore hari karena pasti petugas SPBU menyatakan stok habis,” ujarnya.

Dia juga heran premium itu bisa dibeli saat malam hari dengan jumlah terbatas.

“Premium ada pada waktu tertentu di malam hari dengan jumlah dibeli bervariasi Rp100.000 – Rp200.000 sehingga mempengaruhi ketersediaan premium di Angkot,” ujar Frangky.

Sedangkan, salah seorang pengemudi sepeda motor, Abdullah bingung saat hendaknya mengisi premium di SPBU Pohon Puleh.

“Saya saat hendak mengisi premium dinyatakan habis, makanya bertanya kepada petugas yang sedang diisi di mobil itu jenis BBM apa karena berasal dari satu mesin,” katanya.

Pihak Disperindag, baik Maluku, Kota Ambon, DPD Hiswana Migas Maluku dan PT. Pertamina Cabang Ambon diimbau mengawasi transaksi BBM di masing – masing SPBU.

“Aneh memang karena kelangkaan premium itu terjadi setiap hari dan petugas SPBU lebih mempromosikan pertalite,” tegas Abdullah.