Pembangunan Sumur Artesis di Latuhalat, Bukti Komitmen Mercy Barends Kepada Masyarakat
AMBONMANISE.COM- Desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe termasuk salah satu kawasan krisis air bersih di Kota Ambon. Namun saat ini, masyarakat sudah dapat menikmati air bersih berkat bantuan dan perhatian anggota DPR RI asal Maluku, Mercy Chriesty Barends ST.
Melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), sumur artesis di desa Latuhalat berhasil dibangun dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2018.
Pada Jumat (1/2), sumur artesis di desa Latuhalat diresmikan dan diserahkan oleh Anggota DPR RI, Mercy Chriesty Barends ST dan Direktur Teknik Lingkungan Kementerian ESDM, Sri Raharjo kepada pemerintah kota Ambon melalui Wakil Wali Kota Ambon, Syarief Hadler.
Wakil Wali Kota Ambon dalam sambutannya mengatakan, pembangunan sumur artesis ini sebagai bentuk tangung jawab bersama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Maluku dan khususnya Kota Ambon.
“Karena itu atas nama pemerintah dan masyarakat menyampaikan apresiasi yang tinggi dan terima kasih atau bantuan ini guna memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah ini,” ungkap Wawali.
Dikatakan, masalah penyediaan air bersih masih menjadi masalah yang krusial bagi pemerintah kota Ambon dengan luas wilayah 377 kilometer persegi.
Sumber air yang digunakan masyarakat di Ambon untuk akses air bersih lanjut ia terdiri dari beberapa sumber diantaranya sumur pompa tangan atau sumur bor, sumur gali, Perlingan mata air (PMA), penampungan air hujan dan perusahaan penyedia air minum yakni PDAM dan PT. DSA.
“Namun diakui sunguh bahwa ketersediaan dan potensi air bersih di Ambon baik dari segi kualitas maupun kuantitas semakin menurun dari tahun ke tahun,” Kata Wawali.
Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab, namun yang paling utama adalah masalah pembangunan yang tidak memperhatikan aspek pelestarian lingkungan termasuk di dalamnya penebangan pohon secara sembarangan dan peralihan fungsi daerah resapan air menjadi kawasan pemukiman.
Oleh sebab itu diharapkan dengan adanya penyerahan bantuan sumur artesis ini membantu masyarakat untuk mendapatkan akses air bersih secara mudah.
“Ada ungkapan orang ambon bahwa merek alat atau mesin yang kualitasnya baik adalah “jaga” atau “kalesang”. oleh sebab itu bantuan sumur bor ini diharapkan agar dapat dijaga dan dirawat oleh masyarakat di negeri latuhalat sehingga awet dalam penggunaannya dan dapat berfungsi dengan baik dalam jangka waktu yang panjang. Gunakanlah dengan berhati-hati dan bertangung jawab agar tidak cepat rusak dan kalau ada ganguan atau kerusakan dapat diupayakan untuk diperbaiki sendiri,” kata Wawali.
Sementara itu, Direktur teknik Lingkungan Kementerian ESDM, Sri Raharjo mengatakan, peresmian ini menandakan bahwa sumur bor yang telah dibangun tahun 2018 dapat secara penuh digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat hahwa pemerintah pusat dalam hal ini kementerian ESDM bekerjasama dengan pemerintah daerah dan didukung oleh DPR-RI (komisi VII) telah memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berupa pengentasan daerah sulit air bersih melalui pengeboran air tanah dalam.
Hal ini dilakukan untuk memberikan solusi bagi masyarakat di wilayah ambon di mana beberapa daerah di wilayah ini masih mengalami permasalahan penyediaan air bersih katrena kondisi alam.
Dikatakan, program penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah dalam di kementerian ESDM sudah dimulai sejak awal tahun 2000, terhitung dari 2005 hingga 2018 sebanyak 2.288 unit sumur bor sudah dibangun dengan kapasitas debit air bersih mencapai sekitar 144,4 juta m3/tahun untuk melayani masyarakat kurang lebih 6,6 juta jiwa masyarakat di daerah sulit air bersih yang tersebar di 33 provinsi dan 312 kabupaten/kota.
“Secara keseluruhan sumur bor tahun 2016-2018 di ambon adalah sebanyak lima unit sumur bor, serta masing-masing kabupaten Buru, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat masing-masing satu unit sumur,” kata ia.
Ditambahkan, Desa latuhalat, kecamatan nusaniwe, Soya, Kecamatan Sirimau, Desa Widi, kecamatan Waelata, kabuoaten Buru, Desa Namasima, kecamatan Masohi, Maluku Tengah dan Desa Rumberu, kecamatan Inamosol, kabupaten SBB.
“Sumur bor tersebut memiliki spesifikasi teknis yakni kedalaman antara 100-125 meter, debit air rata-rata dua liter per detik dengan konstruksi pipa besi galvanis berdiameter enam inci,” kata ia.
Dijelaskan, pasokan listrik sumur bor berasal dari genset dengan kapasitas 12 KVA, menggunakan pompa selam (submersible) 3 PK dan dilengkapi dengan rumah genset, rumah pompa dan bak penampungan air berkapasitas 5.000 liter.
“Setiap sumur bor mampu melayani kebutuhan air bersih sampai dengan 2.800 jiwa penduduk,” ujarnya.
Seiring dengan keberhasilan program dalam mengentaskan permasalahan air bersih di daerah sulit air, kementerian ESDM terus berupaya menambah anggaran program ini agar ebih banyak menjangkau masyarakat di daerah sulit air.
“Hal ini dikarenakan jumlah daerah sulit air bersih di Idnonesia masih cukup banyak yang ditandai dengan masih banyaknya permintaan bantuan sumur bor air tanah dalam berbagai wilayah di Indonesia,” ungkapnya.
Pada tahun 2018 lanjut ia, Kementerian ESDM sudah membangun sumur bor sebanyak 506 unit yang tersebar di 179 kabupaten di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan target sumur bor pada tahun 2017.
“Sementara pada tahun 2019 target jumlah unit sumur bor yang akan dibangun oleh kementerian ESDM di tingkakan kembali menjadi 650 unit,” tutup ia.
Wujud Komitmen Kepada Masyarakat di Kota Ambon
Anggota Komisi VII DPR RI asal Maluku, Mercy Chriesty Barends ST dalam sambutannya mengatakan, persoalan air bersih dan krisis listrik di Maluku termasuk di Kota Ambon menjadi perhatian serius dirinya di komisi VII DPR RI.
Pembangunan instalasi sumur dalam ata artesis ini merupakan kerjasama Kementerian ESDM melalui badan Geologi karena punya kapasitas untuk bisa melakukan pengecekan terhadap sumber-sumber air dalam pada kedalaman 150-200 meter di dalam tanah.
“Sumur artesis ini khusus dibangun di kawasan yang krisis air bersih seperti di Desa Latuhalat, Negeri Nusaniwe, Soya dan beberapa wilayah lainnya di kabupaten Maluku Tenggara, Kota Tual, Aru, MTB, MBD, Buru, Bursel dan Maluku Tengah,” kata ia.
“Karena jumlahnya tidak banyak, untuk wiyalah sulit mulai dari Kabupaten ARU, Malra dan kota tula, MTB dan MBD, kita punya kedala terkait dengan mobilisasi alat akibat cuaca ekstrim. Sehingga peralatan tidak bisa mendarat di pulau-pulau terpencil,” akui ia.
Dari pada program ini dikasih ke provinsi lain, maka dirinya memutuskan untuk dipindahkan di kabupaten terdekat tetapi dipilih wilayah yang betul-betul kesulitan air bersih.
“Akhirnya saya putuskan untuk bangun Desa Latuhalat, Negeri Nusaniwe, Soya sesuai dengan permintaan atau aspirasi masyarakat,” kata ia. (AM-01)